Arrahmah.com

Salafi, Syiah, Liberal & Santri

MEMETAKAN SAJA.
@fahmiamhar

Jangan suka menggeneralisir manusia
apalagi bila setelah itu mengklasifikasi mereka,
lalu mencantumkan attribut tertentu sesuai kelasnya.

Misalnya kau katakan, si A itu salafi, pasti Saudi fans-boy.
atau si B itu syi'ah, kalau lagi benar, itu pasti sedang taqiyyah.
atau si C itu liberal, pasti dia hamba penjajah dan pemodal.

Bisa saja generalisasimu diawali asumsi yang keliru,
akibatnya klafisifikasimu terburu-buru,
sehingga atribut yang kau sematkan menjadi hantu,
dan diskusi atau upaya klarifikasi, hanya menemui jalan buntu.

Ketahuilah, salafi itu orang-orang yang ingin mengikuti generasi awal,
yang mencintai Qur'an, Sunnah, Ijma Shahabat dan Ulama-ulama besar.
Memurnikan tauhid, menerapkan syari'at, dan berjihad dengan tegar.
Namun setidaknya kujumpai tiga macam salafi.
Walaupun batas-batas mereka baur dan kadang tak bertepi.

Salafi pertama benar-benar serius memurnikan tauhid.
Maka sistem kehidupanpun harus memiliki fondasi Islam yang rigid.
Sistem demokrasi atau kapitalisme liberal itu kefasikan yang rumit.
Bahkan kalau diyakini melebihi syara', itu syirik yang amit-amit.

Salafi kedua percaya bahwa Saudi adalah pemuka negara tauhid.
Negara Islam terbaik di dunia, penyebar sunnah kelas wahid.
Maka mengkritik Saudi dianggap membenci sunnah dan tauhid.
Pengkritik itu dituduh pecinta bid'ah atau penyuka syi'ah yang genit.

Salafi ketiga percaya bahwa Islam itu wajib diterapkan, tak cukup di mulut.
Penguasa Islam yang tidak menjalankan syari'at, itu pasti thoghut.
Menyingkirkan mereka wajib dengan kekerasan, bukan dengan kentut.
Maka muncul gerakan jihadis dengan aksi-aksi terorisme yang bikin takut.

Masing-masing salafi itu bisa menganggap sesat salafi yang lainnya.
Apalagi yang di luarnya, maka jangan sedih, jika kau dianggap sesat juga.

Sekarang tentang syi'ah, mereka awalnya terdzalimi di awal Bani Umayyah.
Lalu soal politik ini mereka bawa ke ranah ushul fiqih dan sumber syariah.
Bahwa siapapun yang tidak di pihak Ali saat perang melawan Muawiyah,
maka hadits Nabi yang melalui jalur periwayatannya dianggap tidak sah.
Namun kemudian syi'ah dicampuri aneka bid'ah dan mitos-mitos Persia.
Muncul teori imam maksum hingga Ali itu titisan Allah ke dunia.
Ikhtilaf tanpa dalil ini melahirkan sekte Syiah yang ratusan jumlahnya.
Namun agar sederhana dapat kukelompokkan dalam tiga saja.

Syi'ah pertama itu jelas kekafirannya.
Ada dari mereka yang meyakini Ali itu titisan Allah ke dunia.
Atau bahwa seluruh Sahabat itu telah murtad kecuali beberapa.
Karena itu Qur'an sudah tiada, yang sekarang ini tidak dipercaya,
lalu para Imam mereka menulis syariat baru yang mengada-ada,
seperti fadhilah taqiyyah, mut'ah atau menghapus ibadah Jum'at dan puasa.

Syi'ah kedua itu masih muslim, meski jelas ada sesatnya.
Misalnya mereka menuduh Umar itu biang kerok keterpurukan dunia.
Atau Abu Bakar itu telah berkhianat kepada Rasul dan sahabatnya,
setelah Hadits Ghadir Khum mereka lebih-lebihkan maknanya.
Namun mereka masih memakai Qur'an seperti yang kita baca.
Mereka juga masih sholat, puasa dan berhaji ke lokasi yang sama.

Adapun syi'ah ketiga itu hampir-hampir mirip dengan sunni saja.
Mereka menolak hadits dari beberapa shahabat, namun tidak mencacinya.
Menurutnya, Ali lebih berhak, namun Abu Bakar bukanlah pemerdaya,
Mereka tidak bertaqiyyah, dan mut'ah itu aib meski tidak diharamkannya.
Di antara mereka ada ulama-ulama besar guru Imam Madzhab dunia,
Dari Imam Ja'far, Zaid, hingga AsSyaukani yang kitabnya rujukan kita.

Kemudian tentang orang-orang liberal, mereka ini juga tidak satu rupa.
Kita akan mengenalnya setelah berinteraksi beberapa lama.

Dari mereka memang ada orang-orang sekuler yang muslim orang tuanya.
Tapi ingin agar syari'ah itu dibakar saja, lalu liberalisme penggantinya.
Di antara mereka ada yang memang dibayar oleh tuannya si Mamarika.
Namun ada juga yang memang meyakini jalan yang kini ditempuhnya.

Lalu ada para alumni pesantren yang mungkin amat jumud dulunya,
Yang semula menganggap setiap yang dari Barat itu berbahaya,
termasuk teknologi, nilai dan norma, ataupun tata cara kerja.
Maka Islam liberal seolah-olah mengobati rasa hausnya akan agama
Agama yang bukan sekedar sabar, tawakkal dan doa,
tetapi agama yang membawa modernitas dan mengatur dunia nyata.

Namun di antara mereka ada orang-orang hanif yang mencari asa,
Mereka jenuh dengan deru kehidupan urban yang gersang makna,
Dan pengajian-pengajian liberal ini memberi mereka alternatif loka,
Pengajian yang tidak menggurui, tetapi menantang logika.
Karena itu, jika ada pengajian non liberal yang pakai dalil dan logika,
Mudah untuk mengajak orang-orang hanif ini kembali bersama kita.

Saudaraku, kita memetakan ini bukan untuk mengkotak-kotakkan umat.
Kita memetakan ini hanya agar kita bisa berkomunikasi dengan cermat,
Optimal sumberdaya, hemat waktu, biaya dan juga tempat.
Agar yang kita sampaikan itu tidak cuma akurat sesuai syari'at,
Tetapi juga berkesan, mengena dan bermanfaat,
untuk dunia dan akherat.

Wallahu a'lam bis shawab.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger