KEHILANGAN SANDAL Oleh Ustadz Yusuf Mansur
Sama. Saya juga sering kehilangan. Kemaren santri tertawa kecil, bersama kawan-kawannya…
“Subhaanallaah… Sendal udah digembok, masih hilang juga…” kata santri tersebut. Sambil nunjukin kuncinya tuh gembok.
Kawan-kawannya ikut tertawa. Saya mendengar dari belakang… Saya berdehem… “Ehhhmmm… Apa hikmahnya…?”
Santri tersebut bilang, “Saya jadi bisa nyebut subhaanallaah. Dengan pas. Ada maknanya. Sebab lagi ilang sendal, he he he”. Saya ikutan tertawa kecil.
“Terus…”.
“Latihan sabar, Ustadz. Susah latihan sabar kalo ga ada kasus…”.
“Betul,” saya bilang.
“Apalagi?”
“Hikmah, Ustadz!”, kata yg satu.
“Apa hikmahnya?”
“Biar kata udah digembok, ilang ya ilang aja. Datang dan ilang, bukan kehendak kita.”
“Good.” “Terus?”
Belajar ikhlas, belajar ridho…”.
Yang lain nimpalin lagi, “Murah ya Stadz, belajar sabar, ridho, ikhlas, hikmah… Biayanya cuma sendal ilang… Sepatu ilang…”
Saya terus mengajak anak-anak menggali apa hikmahnya.
“Ga ada yang hilang kecuali apa yang sudah ditetapkan Allah.”
“Pasti tukerannya ada…” Sambung dari santri yg lain.
Saya tanya yang terakhir: “Tukeran apa?”
“Tukeran dosa!”, berderai tawa.
Ya, murah sekali. Dosa dituker sama ilangnya sendal.
“Apa lagi…” Saya masih bertanya, sebab terasa masih ada belum disebut.
“Belajar syukur, Ustadz…”
Nah… Betul… Apa itu syukurnya…?
Yang hilang, baru sendal… Belom panca indera kita. Belom iman kita. Belom akhlak kita..”.
Subhaanallaah santri-santriku…
“Terus…?” Tanya saya lagi.
“Doa Ustadz… Saat hilang, kita jangan ngadu sama manusia. Hanya nambah kesel aja. Sebab yang kita adukan itu, pasti akan bilang, saya juga ilang. Udah dipisahin kanan kiri, ilang juga… Lalu bertambah-tambahlah dosa kita semua. Sebab kayak ga ridho sama ilangnya sendal…”.
Saya terkesiap.
Koq jawabannya kayak saya semua. Asli. Saya terharu. Diem-diem saya nyiapin sesuatu…
“Silahkan berdoa sekarang…”.
Lalu saya mendengar santri tersebut berdoa, diaminkan oleh kawan-kawannya yg lain, “Ya Allah, gantilah sendal yang ilang, dengan yang lain: ampunan, rahmat dan sendal yang baru..”
Saya mengaminkan… Setelah ananda santri mengusap wajahnya, tanda selesai berdoa…
“Ok, Allah langsung kabulkan. Selain semua pelajaran dan hikmah, berikut ini sendal ayah. Buat kamu…”.
Santri tersebut tersenyum lebar.
Ga percaya. Sendal Yusuf Mansur yang dicopot dan diberikan kepadanya. Dan Yusuf Mansur nyeker. Sebab lepas sandal. Santri itu bahagia. Saya lebih bahagia lagi. Apalah yang kita punya? Dan apa pula yang bisa kita awasi.
Sama-sama kita belajar
Kalo belom digembok, wajar ilang. Ini udah digembok, he he. Lah ilang sama gembok-gemboknya, he he. Seketat apapun, Allah punya kuasa mengambil. Dia gerakkan siapa yang Dia kehendaki untuk mengambilnya. Dan Dia gerakkan pula sekelilingnya untuk tidak melihat siapa yang mengambilnya. Makin dalam rasa hilang itu, makin hebat pelajaran sabar, ridho, ilkhlas, syukur, yg bisa diperolehnya. Makin berat, berat pula semua timbangan kebaikannya. Dan makin hebat pula pergantiannya.
Pak Sugih, yang melihat sendal saya dicopot, dan diberikan ke santri, lalu melepas sendalnya.
“Ustadz, pakai punya saya…”.
Alhamdulillah, belakangan saya tau sendal Pak Sugih, kepala cabang sebuah bank swasta di Kwitang, 1jt-an. Sedang sendal saya, 175 rb, he he… Subhaanallaah.
Malamnya, santri itu membungkus plastik sendal yg saya beri.
“Ustadz, ini saya kembalikan. Saya ga berani makenya.” Saya usap santri tersebut kepalanya, saya senyum kepada dia,
“Sungguh, yang ayah dapat, jauh lebih besar dari apa yang ayah kasihkan ke kamu…”.
Saya berbisik kepada Allah saat itu, ajarkan kami ya Allah, dengan apa saja kejadian di sekitar kami dan yang menimpa kami.
Semoga Bermanpaat..
0 komentar:
Posting Komentar