Masjid on Map


View Jl.Pandeyan No.14 UH Yogyakarta in a larger map

Berita Islam

0 QS Ar Rahman 19-21, Terbukti !"!

Just share,
Alhamdulillah setelah sekian lama menunggu video yg bagus tentang masalah dua lautan yg tak pernah menyatu akhirnya saya mendapatkan kiriman video yg bagus tentang kebenaran firman Allah Swt dlm surat Ar-Rahman ayat 19, 20, dan 21...
▶Video ini membuktikan kebenaran Surat Ar-Rahman ayat 19-21 yg berbunyi:
“Dia membiarkan dua laut mengalir yg (kemudian) keduanya bertemu. Di antara keduanya ada batas yg tdk dilampaui oleh masing-masing.
Maka nikmat Tuhanmu yg manakah yg kamu dustakan?" dan
Q.S. Al-Furqan: 53 yg berbunyi: "Dan Dialah yg membiarkan dua laut  mengalir (berdampingan); yg ini tawar lagi segar dan yg lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yg tidak tembus."
Inilah video tersebut, yg memperlihatkan aliran dua lautan yg tdk pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yg memisahkannya.
Masya Allah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yg tdk bercampur itu benar-benar ada. Dua lautan yg tdk bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yg memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negara Moroko dan Spanyol.
Semoga bermanfaat untuk bahan tadabbur Qur'an.

Read more

0 Puasa Assyura & Muharrom

�� Puasa 'Asyura dan Bulan Muharram

�� Sejarah ‘Asyura
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘Anhuma telah berkata: “Setelah Nabi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, beliau bekata: “apakah ini?”, mereka menjawab: “Ini adalah hari yang baik dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh-musuhnya hingga Musa berpuasa pada hari itu”, selanjut-nya beliau berkata: “Saya lebih berhak atas Musa dari kalian”, maka beliau berpuasa dan memerin-tahkan shahabatnya untuk berpuasa pada hari itu (HR. Bukhari).

�� Keutamaan Puasa ‘Asyura
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘Anhuma telah berkata:
“Saya tidak melihat Nabi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperhatikan satu hari untuk berpuasa yang beliau utamakan dari selainnya, kecuali pada hari ini yakni hari ‘Asyura dan bulan ini yakni bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).

Rasulullah bersabda: "Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu. (HR.Muslim: 1162)

Hal ini sangat jelas merupakan keutama-an Allah bagi kita yang menghapus dosa setahun hanya dengan berpuasa sehari saja, sesungguhnya Allahlah Pemilik keutamaan yang agung.

�� Apakah Hari ‘Asyura Itu?
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwasanya ia telah berkata: “Rasulullah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan berpuasa pada hari ‘Asyura, yaitu hari kesepuluh (dari bulan Muharram)”.(HR. Tirmidzi).

�� Disunnahkan Berpuasa Tasu’a Sebelum ‘Asyura
Dari Abdullah bin Abbas Radiyallahu ‘Anhuma telah berkata: “Ketika Rasulullah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagung-kan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka Rasulullah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Pada tahun mendatang Insya Allah kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan” dia (Ibnu Abbas) berkata: “akan tetapi beliau Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah wafat sebelum tahun depan” (HR. Muslim).

Imam Syafi’i, Ahmad, Ishak dan lainnya berkata : Disunnahkannya berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh, karena Nabi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat berpuasa pada hari kesembilan.

Maka dari itu puasa ‘Asyura bertingkat-tingkat : (pertama): hanya berpuasa pada hari kesepuluhnya saja, (kedua): berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh dan (ketiga) dengan memperbanyak puasa pada bulan tersebut.

�� Hikmah Disunnahkannya Puasa Tasu’a
Imam Nawawi Rahimahullah berkata: “Sebagi-an ‘ulama dari shahabat kami dan lainnya menyebutkan beberapa pendapat tentang hikmah disunnahkannya puasa Tasu’a, dian-taranya adalah Untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh”.

�� Dosa Apakah Yang Dihapus Pada Puasa ‘Asyura
Imam Nawawi Rahimahullah berkata: “Yang dihapus adalah semua dosa kecil dan tidak termasuk dosa besar”, (Lihat Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab juz 6 tentang puasa hari Arafah).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: “Bersuci, sholat, puasa Ramadhan, puasa hari Arafah dan ‘Asyura hanya dapat menghapus dosa-dosa kecil” (Lihat Al Fatawa Al Kubra juz 5).

⏰ Kapan Puasa Tasu’ah dan ‘Asyura?
Pada tahun ini insya Allah Puasa Tasu’ah pada hari Kamis, 22 Oktober 2015 (09 Muharram 1437 H) dan Puasa ‘Asyuro pada hari Jum’at 23 Oktober 2015 ( 10 Muharram 1437 H).

---------------------------------
�� "Indahnya Berbagi" bersama Sedekah Lazis Wahdah
Sedekah Anda untuk Dakwah-Tahfizh-Yatim-Dhuafa
Jl. Antang Raya Makassar
0411496497/085315900900

Info Kegiatan & Program LAZIS Wahdah kunjungi
�� www.laziswahdah.com
��FB : Lazis Wahdah
�� instagram.com/laziswahdah/

✉ Silahkan disebar agar jadi ilmu bagi orang lain

Read more

0 Jalin Ukhuwah Atas Ridho Allah

ALLAH mempertemukan kita untuk satu alasan.
Entah untuk memberi atau menerima.
Entah untuk belajar atau mengajarkan.
Entah untuk bercerita atau mendengarkan.
Entah untuk sesaat atau selamanya.
Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya.
Semua tidak ada yang sia-sia, karena Allah yang mempertemukan kita.

Hidup kita saling mengisi dan bersinggungan.
Bisa jadi kehadiran kita merupakan jawaban atas do'a-do'a sahabat kita, sebagaimana mereka pun adalah jawaban atas do'a-do'a kita.
Jika sudah menjadi takdir Allah, meski dengan jarak beribu-ribu kilometer, kita tetap akan dipertemukan dalam satu ikatan bernama saya"Ukhuwah".

Disini, selalu membuatku ingin tetap tinggal, di dalam hati dan do'a-do'a sahabat. Sampai detik ini kita hebat. Detik berikutnya semoga makin hebat. Aamiin YRA.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan nabi, dan bukan pula syuhada. Tetapi para nabi dan syuhada cemburu pada mereka di hari kiamat nanti, disebabkan kedudukan yang diberikan Allah kepada mereka."

"Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada kami, siapa mereka?" ujar sahabat, "Agar kami bisa turut mencintai mereka."

Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Demi Allah, wajah-wajah mereka pada hari itu bersinar bagaikan cahaya di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak takut di saat manusia takut, dan mereka tidak sedih di saat manusia sedih.”
(HR. Abu Dawud)

Dalam Hadits lain disebutkan:
"Di sekitar Arsy Allah ada menara-menara dari cahaya, di dalamnya terdapat orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka bercahaya, mereka bukan nabi ataupun syuhada.

Ketika ditanya para sahabat:
“Siapakah mereka itu ya Rasulullah?”

Rasulullah menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.”
(HR. Tirmidzi)

Semoga ukhuwah kita yang terjalin dilandasi oleh rasa kasih sayang dan saling mencintai karena Allah.
Dan menyemangati kita untuk ketemuan nanti.
Aamiin yra..!

Read more

0 Menyesal Jelang Mati

Dowiiiiiii tapi suiipp
Inspirasi di malam Jum'at
KISAH SAHABAT SYA'BAN  RA:
MENYESAL SAAT SAKARATUL MAUT

Bismillah..
Alkisah seorang sahabat bernama Sya’ban RA.
Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat – sahabat yang lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf di pojok depan masjid.

Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.

Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa.
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya kepada jemaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA.
Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.
Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang.
Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab .
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.

Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha
( kira-kira 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut beliau Shallallahu `alaihi Wa Sallam mengucapkan salam.
Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut. “

Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. “
Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” .
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“ Beliau telah meninggal tadi pagi”
InnaliLahi wainna ilaihirojiun…SubhanalLah ,
satu – satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya….

Beberapa saat kemudian istri Sya’ban  bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam
“ Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua,
yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing – masing teriakan disertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam .
Di masing – masing teriakannya dia berucapkalimat

“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”

“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “

“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 yang artinya:
“ Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam “

Saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut…
perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Apa yang dilihat oleh Sya’ban RA ( dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban RA melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah – langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk sorga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap:

“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”

Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA,
mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.

Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saai ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dinginyang menusuk tulang.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan.
Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama – sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi :

“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “

Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA.
Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)

Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tersebut , Sya’ban RA merasa iba .
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar,
demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama – sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu , dengan porsi yang sama…
Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian memperlihatkan ….
ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan sorga yang indah.
Demi melihat itu diapun berteriak lagi:

“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Sya’ban RA kembali menyesal .
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah

Masyaallah,

Sya’ban bukan menyesali perbuatannya,
tapi menyesali mengapa tidak optimal.
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas …konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan

Sering sekali kita mendengar ungkapan – ungkapan berikut :
“ Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam”
“ Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam”
“ Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya”

Namun lihatlah Masjid tetap saja lengang dan terasa longgar.
Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Mengapa demikian?
Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal.
Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah meleset.
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membuka hijab itu pada saatnya.
Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan….

Sya’ban RA telah menginspirasi kita bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut.
Namu n ternyata dia tetap menyesal sebagaimana halnya kitapun juga akan menyesal.
Namun penyesalannya bukanlah sia – sia.
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan optimal…..

Mudah-mudahan kisah singkat ini bermanfaat bagi kita semua dalam mengarungi sisa waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita.
Dan mari kita berdo’a semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita kekuatan untuk melakukan sebaik, bahkan lebih baik dari pada apa yang dilakukan oleh Sya’ban RA…

Aamiin

Read more

0 Back to Masjid, Back to Tauhid

Tema tersebut tertulis pada kaos Panitia Qurban Masjid Baiturrahman tahun 2015/1436 H

#maaf tdk disiplin nulis posting. 
bila ada jamaah yang ingin mengisi artikel silakan hub kami. mksh
Read more

0 Pengajian Rutin Masjid Baiturrahman

Pengajian Masjid Baiturrahman Desember 2014, Pembicara ; Ustadz. H. Rasyid Supriyadi Januari 2015, Pembicara ; Ustadz. H. Rasyid Supriyadi Februari 2015, Pembicara ; Ustadz. Rafi (Yayasan Qurrata Ayyun) Maret 2015, Pembicara ; Ustadz. Poniman (PCM Umbulharjo) #Pengajian Tahun 1436 H di Masjid Baiturrahman
Read more

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger