SEJARAH RINGKAS MASJID BAITUR RAHMAN
Keberadaan Masjid Baitur Rahman adalah bagian dari upaya mewujudkan masyarakat kampung Pandeyan dan Kalangan, khususnya yang beragama Islam menjadi masyarakat yang memiliki kesadaran utuh terhadap makna kehidupan, baik dari segi lahiriah maupun ruhaniah, baik dari tanggung jawab sosial kemasyarakatan maupun tanggung jawab dan kewajiban terhadap Al Khaliq, Allah SWT. Berdirinya masjid Baitur Rahman adalah perjuangan panjang tak kenal lelah dari para perintis dakwah.
Dimulai sejak kurang lebih pada tahun 1977 ditandai dengan semakin semaraknya pengajian baik di tingkatan anak-anak, remaja maupun dewasa. Masalah yang dihadapi pada waktu itu adalah tidak adanya sarana ibadah yang mencukupi untuk menunjang kegiatan dakwah. Di kampung yang ada yaitu Pandeyan dan Kalangan baru ada dua musholla kecil yaitu Musholla Pandeyan dan Musholla milik Mbah Bardi di Kalangan, yang keduanya hanya cukup untuk keperluan sholat fardhu 5 waktu saja sehingga untuk sholat Jum'at harus pergi ke Masjid Mantaran yang jaraknya cukup jauh. Maka sejak saat itu terpikir untuk merintis berdirinya satu masjid yang cukup memadai untuk menampung jamaah yang semakin banyak dan mengakomodir pelaksanaan sholat Jum'at.
Usaha terus dilakukan walaupun ternyata sangat berat karena rata-rata kondisi umat Islam Kalangan Pandeyan termasuk lemah ekonominya dan banyaknya kendala pada waktu itu hampir para perintis merasa putus asa. Akhirnya tercetus satu ide untuk melengkapi usaha yang dilakukan secara ruhaniah yaitu gerakan sholat malam untuk memohon kepada Allah diberi jalan membangun sebuah masjid.
Alhamdulillah usaha tadi tidaklah sia-sia, karena tak lama setelah itu ada seorang dermawan dari Karang yang bernama Bapak H. Ja'far Pranoto merelakan tanah untuk dibeli dan diwakafkan sekaligus dibangun sebuah masjid.
Maka berdirilah sebuah masjid di tepi kampung di tengah sawah yang cukup merah, menariknya sejarah dari masjid ini, pada saat itu banyak yang mengenal masjid ini dengan nama MASJID TIBAN Pandeyan. Kemudian masjid ini diberi nama resmi Masjid Baitur Rahman. Yang pada saat itu memang sangat didukung oleh masyarakat sekitar. (recover Juni 2025)
Keberadaan Masjid Baitur Rahman adalah bagian dari upaya mewujudkan masyarakat kampung Pandeyan dan Kalangan, khususnya yang beragama Islam menjadi masyarakat yang memiliki kesadaran utuh terhadap makna kehidupan, baik dari segi lahiriah maupun ruhaniah, baik dari tanggung jawab sosial kemasyarakatan maupun tanggung jawab dan kewajiban terhadap Al Khaliq, Allah SWT. Berdirinya masjid Baitur Rahman adalah perjuangan panjang tak kenal lelah dari para perintis dakwah.
Dimulai sejak kurang lebih pada tahun 1977 ditandai dengan semakin semaraknya pengajian baik di tingkatan anak-anak, remaja maupun dewasa. Masalah yang dihadapi pada waktu itu adalah tidak adanya sarana ibadah yang mencukupi untuk menunjang kegiatan dakwah. Di kampung yang ada yaitu Pandeyan dan Kalangan baru ada dua musholla kecil yaitu Musholla Pandeyan dan Musholla milik Mbah Bardi di Kalangan, yang keduanya hanya cukup untuk keperluan sholat fardhu 5 waktu saja sehingga untuk sholat Jum'at harus pergi ke Masjid Mantaran yang jaraknya cukup jauh. Maka sejak saat itu terpikir untuk merintis berdirinya satu masjid yang cukup memadai untuk menampung jamaah yang semakin banyak dan mengakomodir pelaksanaan sholat Jum'at.
Usaha terus dilakukan walaupun ternyata sangat berat karena rata-rata kondisi umat Islam Kalangan Pandeyan termasuk lemah ekonominya dan banyaknya kendala pada waktu itu hampir para perintis merasa putus asa. Akhirnya tercetus satu ide untuk melengkapi usaha yang dilakukan secara ruhaniah yaitu gerakan sholat malam untuk memohon kepada Allah diberi jalan membangun sebuah masjid.
Alhamdulillah usaha tadi tidaklah sia-sia, karena tak lama setelah itu ada seorang dermawan dari Karang yang bernama Bapak H. Ja'far Pranoto merelakan tanah untuk dibeli dan diwakafkan sekaligus dibangun sebuah masjid.
Maka berdirilah sebuah masjid di tepi kampung di tengah sawah yang cukup merah, menariknya sejarah dari masjid ini, pada saat itu banyak yang mengenal masjid ini dengan nama MASJID TIBAN Pandeyan. Kemudian masjid ini diberi nama resmi Masjid Baitur Rahman. Yang pada saat itu memang sangat didukung oleh masyarakat sekitar. (recover Juni 2025)
SEJARAH RINGKAS MASJID BAITUR RAHMAN
Keberadaan Masjid Baitur Rahman adalah bagian dari upaya mewujudkan masyarakat kampung Pandeyan dan Kalangan, khususnya yang beragama Islam menjadi masyarakat yang memiliki kesadaran utuh terhadap makna kehidupan, baik dari segi lahiriah maupun ruhaniah, baik dari tanggung jawab sosial kemasyarakatan maupun tanggung jawab dan kewajiban terhadap Al Khaliq, Allah SWT. Berdirinya masjid Baitur Rahman adalah perjuangan panjang tak kenal lelah dari para perintis dakwah.
Dimulai sejak kurang lebih pada tahun 1977 ditandai dengan semakin semaraknya pengajian baik di tingkatan anak-anak, remaja maupun dewasa. Masalah yang dihadapi pada waktu itu adalah tidak adanya sarana ibadah yang mencukupi untuk menunjang kegiatan dakwah. Di kampung yang ada yaitu Pandeyan dan Kalangan baru ada dua musholla kecil yaitu Musholla Pandeyan dan Musholla milik Mbah Bardi di Kalangan, yang keduanya hanya cukup untuk keperluan sholat fardhu 5 waktu saja sehingga untuk sholat Jum'at harus pergi ke Masjid Mantaran yang jaraknya cukup jauh. Maka sejak saat itu terpikir untuk merintis berdirinya satu masjid yang cukup memadai untuk menampung jamaah yang semakin banyak dan mengakomodir pelaksanaan sholat Jum'at.
Usaha terus dilakukan walaupun ternyata sangat berat karena rata-rata kondisi umat Islam Kalangan Pandeyan termasuk lemah ekonominya dan banyaknya kendala pada waktu itu hampir para perintis merasa putus asa. Akhirnya tercetus satu ide untuk melengkapi usaha yang dilakukan secara ruhaniah yaitu gerakan sholat malam untuk memohon kepada Allah diberi jalan membangun sebuah masjid.
Alhamdulillah usaha tadi tidaklah sia-sia, karena tak lama setelah itu ada seorang dermawan dari Karang yang bernama Bapak H. Ja'far Pranoto merelakan tanah untuk dibeli dan diwakafkan sekaligus dibangun sebuah masjid.
Maka berdirilah sebuah masjid di tepi kampung di tengah sawah yang cukup merah, menariknya sejarah dari masjid ini, pada saat itu banyak yang mengenal masjid ini dengan nama MASJID TIBAN Pandeyan. Kemudian masjid ini diberi nama resmi Masjid Baitur Rahman. Yang pada saat itu memang sangat didukung oleh masyarakat sekitar. (recover Juni 2025)
Posting Komentar